Chemistry for better life ....

Wednesday 3 December 2008

Energi di Balik Bukit Sampah

Pengolahan sampah di TPA Batu Layang menghasilkan gas yang 40-60% nya adalah metana. TPA tersebut dapat dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik.

Metana merupakan alkana yang tersusun atas atom karbon yang mengikat 4 atom hidrogen. Pada suhu kamar, metana berwujud gas tak berwarna dan tak berbau.

Metana ini cukup menarik perhatian karena memiliki dua sisi yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Gas ini merupakan salah satu gas rumah kaca. Bahkan efek yang ditimbulkannya lebih kuat dibandingkan gas karbondioksida. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rhode dan kawan-kawan pada tahun 1990, diketahui bahwa metana mampu menyerap sinar infra merah sekitar 21 kali lebih kuat dibandingkan gas karbondioksida. Efek ini juga semakin kuat karena metana mampu bereaksi secara fotokimia membentuk berbagai gas rumah kaca lain seperti ozon, karbondioksida dan uap air.

Di sisi lain, metana menghasilkan energi pembakaran sebesar 2.350 J/g. Energi yang dihasilkan dari pembakaran 1 m3 gas (60% metana) setara dengan energi yang diperoleh dari pembakaran 0,62 liter minyak tanah, 0,52 liter solar atau 0,80 liter bensin. Dengan energi seperti itu metana, memang telah digunakan sebagai sumber energi. Pemakaiannya melalui pembakaran secara langsung ataupun sebagai pembangkit generator listrik.

Mengingat efek rumah kaca dan potensi sumber energi yang besar, gas metan yang dihasilkan melalui degradasi sampah organik secara anaerob patut mendapat perhatian serius. Sejak tahun 2007, Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak bekerja sama dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia memberikan perhatian serius tentang penanganan gas metan yang dihasilkan dalam pengolahan sampah di TPA Batulayang. Kerja sama ini merupakan hasil realisasi program Clean Development Mechanism (CDM) dari Protocol Tokyo.

Sistem pengolahan yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan gas hasil pengolahan sampah. Gas yang dikumpulkan kemudian dibakar untuk dihilangkan metananya atau digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.

Prinsip dasar yang digunakan yaitu menggunakan vacuum untuk mengekstrak gas (active collection system). Komponen utama dalam sistem ini meliputi Collection System,Landfill Cell Closure, Leachate Management System, Landfill Gas (LFG) pumping equipment, LFG treatment unit, Monitoring and control systems dan LFG Generator.

Secara sederhana, proses yang dilakukan ialah dengan dengan menumpuk sampah dengan cara dipadatkan membentuk sel-sel setinggi 2-3 meter. Sel-sel tersebut kemudian ditimbun dengan menggunakan tanah merah yang berasal dari Peniraman. Selanjutnya, sel yang terbentuk ditutup kembali dengan plastik, tanah merah dan sabut kelapa. Di atas tumpukan sampah ditanam pipa horizontal yang terhubung pada blower untuk menghisap gas. Gas yang tersedot kemudian masuk ke dalam sistem LFG Treatment Unit. Dalam sistem ini gas dikondensasi dan dibakar dalam lingkungan terkontrol. Gas hasil pembakaran dilepaskan ke atmosfer. Dari proses pembakaran ini diharapkan sekitar 95% dari gas metana yang terhisap dapat terbakar.

Apabila gas yang dihasilkan telah mencukupi baik secara kuantitas ataupun komposisi metana yang cukup tinggi, gas akan digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Untuk itu dipersiapkan generator yang dapat menghasilkan listrik hingga 60 kWatt. Listrik ini diharapkan dapat memberikan pasokan listrik untuk keseluruhan proses pengumpulan dan pembakaran gas. Kapasitas listrik tambahan juga akan dievaluasi untuk kebutuhan pemisahan sampah organik dan anorganik dan fasilitas recycling sampah anorganik di masa yang akan datang.

Namun sayangnya, hingga saat ini penggunaan LFG tersebut untuk menghasilkan listrik belum dapat terlaksana. Bahkan sekitar dua minggu yang lalu, petir menyambar salah satu instalasi di areal TPA yang mengakibatkan kerusakan cukup serius pada generator listriknya.


R.A. Kurniawan




2 comments:

Game Zone said...

penanganan sampah model penyedotan gas metan tetap saja tidak maksimal, karena tidak semua gas metan dapat tersedot oleh pipa penyedot, hampit 50% dari gas metan tidak dapat tersedot oleh alat tersebut, sedangkan gas metan itu sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan, mengingat daya rusak gas metan 23 kali lebih besar dari pada co2. kenapa harus disedot jika dapat dihindari dengan cara membakar sampah secara sempurna di setiap titik tps /kecamatan sehingga sampah tidak sempat teruai oleh bakteri dan tidak menghasilkan gas metan yg sangat membahayakan lingkungan.

KEy Community said...

I dont what to say.I can say i love garbage for some reasons but i hate garbage for another reasons

Kampoenk lain